Hidup Sehat dan Penuh Stamina dengan Bahan Alami

Papa dan Para Cucu Sedang Bersenang-senang menyisiri Sungai Martapura-Banjarmasin, Maret 2017.

Tahun 2003, papa saya kena serangan jantung untuk pertama kalinya. Hasil pemeriksaan dokter ketika itu, ada penyumbatan di pembuluh darah jantung dan harus segera dioperasi. Namun, papa menolak operasi pemasangan ring di jantungnya karena beranggapan ia akan sulit bekerja seperti sediakala setelah operasi. Papa seorang pemilik bengkel mobil yang terbiasa bekerja keras. Meski ada beberapa karyawan yang membantunya di bengkel, tetap saja ia suka turun tangan sendiri untuk melakukan perbaikan mobil-mobil para pelanggan. Pertimbangan lain yang membuat ia tidak ingin dioperasi adalah mahalnya biaya perawatan sebelum dan sesudah operasi di masa itu.

Papa pulang ke rumah setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Begitu merasa sehat, ia mulai bekerja kembali. Tetapi, rasa nyeri yang muncul terus-menerus di dadanya membuat staminanya drop. Perlahan, papa sering merasa kelelahan dan akibatnya ia bekerja tidak lagi optimal seperti sebelum ia sakit. Lalu, ada salah seorang temannya menyarankan untuk meminum sari temulawak. Menurut mereka, sari temulawak bisa membantu meningkatkan stamina serta memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan. Saya yang mendengar informasi itu lalu browsing di internet. Ternyata, benar!

Ada banyak manfaat baik yang bisa didapatkan kalau rutin meminum sari temulawak, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, memelihara fungsi hati (mencegah dan mengobati penyakit hepatitis), memperbaiki fungsi pencernaan, serta mampu menjaga kadar kolesterol dalam darah.

Nah, kadar kolesterol dalam darah inilah yang sangat penting bagi penderita penyakit jantung. Tingginya kandungan lemak di dalam darah akan menjadi penyebab utama terjadinya penyumbatan. Informasi ini pun saya sampaikan kepada kedua orangtua saya. Tanpa membuang waktu, mama membeli 5kg temulawak, mengupasnya, kemudian mengirisnya tipis-tipis. Agar bisa disimpan dalam waktu lama di dalam toples, irisan temulawak itu kemudian dijemur sampai kering di bawah matahari terik. Nanti saat hendak membuat minuman sari temulawak, segenggam irisan direbus dan diminum airnya.

Temulawak Kering Setelah Diiris Tipis dan Dijemur

Merepotkan? Sudah pasti. Tidak gampang mengiris temulawak menjadi irisan tipis-tipis agar mudah dikeringkan. Tangan mama jadi berwarna oranye selama berhari-hari setelah proses pengupasan dan pengirisan tersebut. Meski begitu, mama melakukannya dengan sepenuh hati agar papa bisa memiliki stamina yang kuat dan tidak sering merasa kelelahan lagi akibat penyakit jantungnya. Sejak hari itu pula, papa rutin meminum sari temulawak setiap hari hingga sekarang dan sudah lebih dari 10 tahun papa masih bertahan tanpa operasi pemasangan ring di jantungnya.

Saya sudah membuktikan sendiri betapa bahan-bahan alami, seperti sari temulawak, rebusan jamur kopi, buah naga, dan lain sebagainya, sangat baik bagi kesehatan. Tetapi, saya belum berminat mengikuti jejak orangtua saya rutin meminum sari temulawak setiap hari, mengingat betapa merepotkannya mengupas berkilo-kilo temulawak, mengirisnya menjadi irisan-irisan tipis, kemudian mengeringkannya. Proses tersebut terlalu menyita waktu, sementara ada banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan.

Bulan November 2016, suami mulai sakit-sakitan. Gejalanya seperti maag dan ketika kambuh, sakitnya luar biasa, sampai suami saya tidak bisa bekerja. Beberapa kali memeriksakan diri ke dokter, puskesmas, bahkan ke rumah sakit, tidak ditemukan penyakit apa pun. Suami hanya diberi obat maag dan pereda sakit. Puncaknya, tanggal 14 Maret 2017, dalam perjalanan pulang ke Semarang, suami kembali kesakitan. Untung saja petugas yang ada di kereta Matramaja tujuan Jakarta-Semarang begitu baik. Suami diizinkan beristirahat di restorasi. Tanggal 15 Maret 2017, suami berharap penyakitnya reda setelah meminum obat. Sayangnya, tanggal 16 Maret 2017 pagi, suami terpaksa dibawa ke rumah sakit karena sudah mulai hilang kesadaran dan perutnya keras seperti batu.

Suami di rumah sakit.

Pertolongan pertama dilakukan begitu kami tiba di rumah sakit. Selang sonde dimasukkan melalui hidung untuk mengeluarkan cairan di lambungnya. Saya tak bisa membayangkan sakitnya seperti apa saat selang itu dimasukkan. Mana lagi suami masih sadar dan bisa diminta membantu proses memasukkan selang dengan gerakan seolah menelan. Selanjutnya, selang kateter dipasang karena suami sulit bergerak, bahkan turun dari tempat tidur. Siang harinya, dokter jaga di UGD mendatangi saya dan memberi kabar kalau suami harus segera dioperasi. Ditakutkan ada kebocoran di lambung dan sangat fatal akibatnya jika tidak segera dioperasi. Hanya saja, operasi tidak bisa dilakukan di rumah sakit tersebut karena ruang ICU penuh dan rumah sakit itu tidak memiliki dokter spesialis digestif. Satu-satunya cara, suami harus dirujuk ke salah satu rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Semarang. Di rumah sakit yang kedua ini, suami kembali melakukan serangkaian pemeriksaan awal untuk mencari sumber penyakitnya. Hasil radiologi, USG, juga CT-Scan menyatakan kalau ada benda asing yang ditenggarai sebagai tumor di bagian usus. Saya dan suami tentu saja shock. Masa gejala yang awalnya seperti maag bisa sampai ke tumor?

Untung dokter spesialis yang menangani suami begitu baik dan tidak langsung memutuskan operasi. Suami perlu diobservasi dulu, katanya. Tiga hari pertama di rumah sakit, suami puasa total. Tidak boleh makan dan minum. Hari-hari selanjutnya, suami mulai boleh minum air gula dengan takaran 5 sendok makan setiap jam. Setelah sepuluh hari, suami boleh makan, tetapi hanya bubur sumsum dan minumnya tetap air gula. Setelah tiga minggu melalui serangkaian pemeriksaan, dokter menyatakan suami saya tetap harus operasi karena ditemukan banyak batu empedu dan kantung empedunya sudah tidak berfungsi. Tumor dinyatakan tidak ada setelah pemeriksaan dengan Laparoscopy. Tanggal 5 April 2017 pagi, suami masuk ruang operasi dan operasi tersebut berjalan lancar. Syukurlah. Tuhan masih memberi kesempatan kepada saya dan suami untuk menjalani hidup di dunia bersama-sama. Suami pun cepat sadar sehingga bisa kembali ke ruangan. Hanya saja, kondisi suami sangat lemah. Awalnya saya berpikir, mungkin ini karena masih adanya pengaruh obat anestesi, juga karena luka operasi di perutnya. Tetapi kemudian saya teringat, bisa jadi tubuh suami lemas begitu karena kurang asupan makanan selama tiga minggu sebelumnya.

Tanggal 6 April 2017, selang sonde dan kateter dilepas. Suami sudah boleh makan-makanan lunak dan minum (boleh air putih, air gula, atau susu). Ia juga diminta belajar berjalan lagi. Dengan penuh semangat karena ingin segera pulang ke rumah, suami meminta saya membantunya belajar berjalan. Sayangnya, semangatnya itu tidak didukung dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah. Saat turun dari tempat tidur, badannya gemetar, kakinya goyah, dan keringat dingin langsung membasahi tubuhnya. Saya jadi tidak tega. Saya pun minta suami beristirahat lagi. Di saat yang sama, saya teringat dengan sari temulawak yang biasa diminum papa dan telah terbukti membantu meningkatkan stamina. Tetapi, seketika itu juga saya putus asa. Di mana saya bisa menemukan sari temulawak, tanpa harus melalui proses mengupas, mengiris tipis-tipis, dan merebusnya?

Sore harinya ketika saya pergi ke salah satu toko serba ada di dekat rumah sakit untuk membeli persediaan air minum, saya melihat kotak Herbadrink. Saya mendekat dan mengambil kotak itu agar bisa membaca isinya lebih jelas. Tulisan sari temulawak langsung terbaca mata saya dan saya seketika itu juga mengucap syukur. Jawaban doa saya seolah didengar Tuhan. Saya bisa mendapatkan sari temulawak tanpa harus melalui proses ribet mengolahnya terlebih dahulu. Herbadrink Sari Temulawak ini tinggal diseduh dengan air dingin atau air panas saja dan langsung bisa diminum.

Tanpa pikir panjang, saya membeli satu kotak Herbadrink Sari Temulawak dan langsung meminta suami saya meminumnya sore itu juga. Malam harinya, suami mencoba belajar berjalan lagi. Cuma ke kamar mandi, sih, tapi berhasil dilakukannya dengan baik. Melihat kondisi suami yang mulai mengalami peningkatan, saya juga ikut meminum Herbadrink Sari Temulawak malam itu karena kondisi saya sendiri mulai drop, juga flu berat, akibat tidur di lantai rumah sakit dan hanya beralaskan kain sarung selama lebih dari tiga minggu. Keesokan harinya, saya dan suami minum Herbadrink  lagi setelah sarapan pagi. Menjelang siang hingga sore harinya, suami terus latihan belajar berjalan. Sementara kondisi saya sendiri tidak lagi terasa lemas dan flu saya sedikit berkurang. Minimal, badan saya tidak lagi merasa meriang.

Tanggal 9 April 2017, suami sudah boleh keluar dari rumah sakit. Meski sudah merasa sehat, saya dan suami tetap melanjutkan meminum Herbadrink Sari Temulawak yang diseduh dengan air hangat setiap pagi. Lalu ketika tanggal 13 April 2017 periksa lagi ke rumah sakit, suami dinyatakan sembuh total dan tidak perlu kontrol lagi.

Berkat Herbadrink Sari Temulawak, Suami Pulih dan Tubuhnya Sekuat Saber Tooth Kembali.

Thanks, God. Sungguh kebaikanMu luar biasa bagi keluarga kami. Proses pemulihan suami pasca operasi termasuk cepat berkat banyak doa yang diberikan teman-teman dan keluarga, makanan bergizi dan sehat yang sengaja saya sediakan untuknya, juga minuman Herbadrink Sari Temulawak yang membantu menjaga dan meningkatkan staminanya. Sejak hari saya mengenal minuman sehat ini hingga saya menuliskan pengalaman saya di sini, saya dan suami terus meminumnya. Inilah cara terbaik, yang saya tahu, untuk hidup sehat dan penuh stamina dengan bahan alami yang murah, tetapi dengan kualitas dan manfaat yang tidak murahan.

 

Sedang mengikuti pelatihan prakerja untuk meningkatkan skill

About the author

Hobi saya dalam hal kepenulisan menjadikan saya ingin selalu berkarya. Menciptakan ruang blog monicaanggen.com ini bukanlah sesuatu hal yang kebetulan gais. Sit, Enjoy, and Starting Read.. ^_^

2 pemikiran pada “Hidup Sehat dan Penuh Stamina dengan Bahan Alami”

Tinggalkan komentar