Karakterisasi Tokoh di Dalam Novel

Sama seperti tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai anggota tubuh dan organ-organnya, maka saat menulis novel pun kita harus menentukan skeleton (rangka) yang kuat. Nah, salah satu penggerak penting dalam novel, yaitu karakteristik tokoh-tokohnya. Bagaimana membuat dan menentukan karakter tokoh untuk novel? Baca langsung yuk penjelasan lengkapnya.

Karakter (Penokohan)

Menurut Jacob Sumardjo (dalam Fenanie 2001:87): “Penokohan merupakan satu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, tema, plot dan motif.”

Mengapa karakter (penokohan) ini sangat penting dalam penulisan sebuah novel? Tanpa adanya karakter tokoh, maka tidak akan ada novel. Karena, karakter-karakter di dalam novel itulah yang akan mengendalikan jalannya cerita. Karakter akan menuangkan ide-idenya, menjabarkan tema, menciptakan dan menyelesaikan konflik dengan cara karakter itu masing-masing. Bukan karakter yang akan menyesuaikan dengan cerita di novel itu. Tetapi karakter “hidup” layaknya manusia di dunia nyata dan ia memiliki jalan cerita yang ia tentukan dari alur cerita yang tersedia.

Pembagian Karakter Tokoh dalam Novel

cara menentukan kepribadian tokoh cerita

1. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak memiliki porsi cerita. Dia jadi pelaku dan penggerak utama cerita. Tokoh utama dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:

Tokoh Protagonis

Protagonis sering kita kenal dengan tokoh baik (tokoh hero). Seringkali, tokoh protagonis juga lebih pembaca kenali sebagai tokoh ideal yang menceritakan tentang harapan, nilai dan norma atau bisa pula disebut dengan tokoh yang akan pembaca kagumi.

Sayangnya, cukup banyak penulis yang membuat tokoh protagonis sebagai makhluk sempurna yang nyaris tanpa catat, seperti tampan, kaya, baik hati, penyayang, lemah lembut, dan sebagainya. Tokoh yang terlalu sempurna begini akan membuat cerita jadi membosankan, lho.

Tokoh Antagonis

Si Jahat. Begitulah kita sering menyebut tokoh antagonis. Padahal, pemaknaan tokoh antagonis sebagai tokoh si jahat ini belum tentu tepat. Sebab, tidak selalu tokoh antagonis itu jahat. Ada banyak sekali tokoh antagonis yang memiliki hati yang sangat baik, lemah lembut, menjadi sahabat si tokoh protagonis. Nah loh… Saya pribadi lebih suka menyebut tokoh antagonis ini sebagai tokoh yang menyebabkan masalah (konflik) bagi si tokoh protagonis.

Contoh Cerita yang Bisa Kita Bangun antara Protagonis dan Antagonis

Mira (protagonis) bersahabat erat dengan Erina. Erina sangat sayang pada Mira. Ia benar-benar contoh sahabat yang baik dan perhatian. Namun ketika Mira jatuh cinta pada Aldi. Erina menjadi tidak senang. Erina tahu bahwa Aldi itu seorang playboy yang berhati jahat, suka memanfaatkan cewek-cewek yang dipacarinya sekaligus mengambil keuntungan dari cewek-cewek tersebut. Karena itu, Erina menghalang-halangi Mira untuk jadian dengan Aldi dengan berbagai cara.

Dari cerita di atas bisa kita lihat, Erina dan Aldi sebenarnya sama-sama tokoh antagonis yang menyebabkan konflik bagi Mira. Erina menggunakan berbagai cara untuk menghalangi kebahagiaan Mira untuk jadian dengan Aldi. Sementara Aldi nantinya akan menjadi penyebab rasa sakit hati dan kecewa bagi Mira.

Pengembangan Karakter Tokoh Utama

Tokoh utama harus berkembang. Maksudnya di sini, tokoh utama itu akan terlihat berubah seiring dengan berjalannya cerita dan selesainya konflik. Misalnya, kesadaran Mira bahwa ternyata Aldi itu bukan laki-laki yang tepat baginya. Erina yang akhirnya meminta maaf karena sudah berbuat yang tidak menyenangkan bagi Mira dan mengakui kesalahannya, dan sebagainya.

penentuan karakter dalam novel

2. Tokoh Pembantu

Selain tokoh utama, ada juga yang disebut dengan tokoh pembantu. Maksudnya, tokoh pembantu ini akan berperan menemani para tokoh utama untuk memainkan cerita mereka. Namun tokoh pembantu tidak akan menarik perhatian pembaca. Misalnya saja: Mira dan Erina memiliki dua sahabat yang lainnya. Nah, kedua sahabat itu bisa kita katakan sebagai tokoh pembantu. Mereka ada di dalam cerita, tetapi tidak memegang peranan penting.

Contoh lain dari tokoh pembantu ini: supir yang mengantarkan Mira ke sekolah, pembantu di rumah Mira, tukang kebun, dan sebagainya.

Tokoh pembantu tidak akan mengalami perkembangan karakter seperti yang terjadi pada tokoh utama. Mereka berjalan stagnan sesuai dengan jalannya cerita. Kehadiran tokoh pembantu tidak akan mengubah jalan cerita. Selain itu yang perlu diingat adalah karakter tokoh pembantu tidak boleh melebihi tokoh utamanya.

Secara teori, mungkin pembagian tokoh-tokoh di dalam novel itu masih ada banyak lagi. Nah, adakah di antara kamu yang bisa kasih masukan, seharusnya karakteristik tokoh seperti apa yang seharusnya ada di dalam novel? Sharing di kolom komentar ya. Oh ya, selain karakteristik tokoh, saya juga sudah berbagi tulisan mengenai Tips Membuat Karakter dalam Novel. Langsung klik tulisan berwarna merah ya.

Sedang mengikuti pelatihan prakerja untuk meningkatkan skill

About the author

Hobi saya dalam hal kepenulisan menjadikan saya ingin selalu berkarya. Menciptakan ruang blog monicaanggen.com ini bukanlah sesuatu hal yang kebetulan gais. Sit, Enjoy, and Starting Read.. ^_^

Tinggalkan komentar