Evaluasi Akhir Tahun 2018

Malam ini malam terakhir di 2018. Seperti kebiasaan kami di akhir tahun begini, saya dan Pewe suka diskusi kilas balik perjalanan kami setahun ini. Tahun-tahun lalu sebelum jadi blogger, biasanya saya cuma mencatatnya di jurnal, ya sebagai catatan dan evaluasi akhir tahun, apa saja yang sudah kami lalui sepanjang tahun ini.

Namanya hidup kan seperti perjalanan ya. Ada perjalanan yang nyaman sekali, tapi di lain waktu ada aral melintang yang membuat saya berhenti sejenak, menarik napas untuk mencari tahu sumber masalah, kemudian mencari solusi terbaik untuk mengatasinya. Ada banyak hal yang memang bikin sedih hati, tapi di saat yang sama, ada banyak pula yang sangat disyukuri. Segala sesuatunya sudah ada yang atur. Saya, sebagai manusia, sebenarnya hanya perlu menjalani saja dengan sebaik-baiknya.

Untuk tulisan penutup tahun 2018 ini, ada beberapa hal yang akhirnya saya putuskan akan saya tuliskan di sini sebagai evaluasi akhir tahun 2018 ala saya.

Evaluasi Akhir Tahun 2018

1. Komitmen dan Kejujuran dalam Hubungan Antar Manusia

Sepanjang tahun 2018, ada beberapa kejadian yang berkaitan dengan komitmen dan kejujuran. Saya sengaja menuliskannya “dalam hubungan antar manusia” karena ini tidak hanya menyangkut pertemanan, komunitas, pekerjaan, dengan keluarga sendiri, namun juga dengan diri sendiri.

Oke, saya banyak “ngegas” tahun ini, terutama di awal hingga pertengahan tahun. Akibatnya, cukup banyak masalah terjadi berkaitan dengan hubungan saya dengan diri sendiri, juga dengan orang lain. Memang sih kalau boleh jujur, saya saklek banget dengan yang namanya kejujuran. Orang boleh sering berbohong ke orang lain, tapi tolong jangan bohongi saya. Tapi kemudian saya tersadar, jika seseorang melanggar komitmen dan akhirnya membohongi saya, itu hak mereka. Saya tidak punya hak untuk mengatur-atur mereka agar selalu jujur ke saya, kan?

Kesadaran mengenai kebiasaan saya yang suka “ngegas” ini menurun di semester ke-2 tahun 2018 setelah banyak dinasihati bigboss. Katanya, “Belajarlah bodo amat dengan banyak hal. Kamu tidak punya kewajiban membahagiakan semua orang. Jika mereka mau bareng kamu, ayo jalan bareng. Jika mereka tidak mau, tinggalkan. Tidak perlu segala hal diambil hati.”

“Belajarlah bodo amat dengan banyak hal. Kamu tidak punya kewajiban membahagiakan semua orang. Jika mereka mau bareng kamu, ayo jalan bareng. Jika mereka tidak mau, tinggalkan. Tidak perlu segala hal diambil hati.”

Bodo amat yang dimaksud tadi bukan berarti tidak peduli loh ya, tetapi ‘belajar’ memilah dan memilih mana yang perlu dipedulikan dan mana yang tidak. Singkirkan yang negatif dan berusahalah terus berpegangan di jalan positif. Meski bodo amat dengan pengaruh dari luar, saya tak boleh bodo amat dengan komitmen dan kejujuran yang sudah saya tetapkan. Artinya, bodo amat orang lain mau tak komitmen atau tak jujur, sayanya jangan ikutan melakukan hal yang sama. Komitmen dan kejujuran perlu dipegang sebaik mungkin.

Efek dari belajar masa bodoh, mengabaikan hal negatif (atau menyingkir saja sejauh mungkin agar tak terlibat lagi dengan hal-hal negatif), bodo amat dengan pernyinyiran, gosip, ghibah, dan sebagainya, ternyata memberi dampak cukup besar. Mood dan emosi saya jadi lebih stabil. Saya jadi lebih fokus dengan pekerjaan dan pencarian ide-ide baru untuk project berikutnya. Dan ketika bertemu orang lain, saya jadi belajar untuk melihat sisi positif orang tersebut (tanpa terpengaruh bisik-bisik tetangga).

2. Time Management

Tahun 2018, time management saya berantakan banget. Walaupun suka bikin planning harian dan mingguan, sering terjadi hal-hal yang membuat saya mengacaukannya. Beberapakali gagal hadir ke suatu acara yang sudah saya setujui akibat kesiangan bangunlah, kena musibah di jalan lah, sakit, dan sebagainya.

Dulu saya suka membela diri, “Manusia berencana, namun Tuhan yang menentukan.” Tapi saya tahu ini hanyalah alasan saya saja untuk menghibur diri. Padahal di sudut hati dan pikiran saya yang paling dalam, namanya kesiangan bangun ya itu salah saya sendiri, bukan rencana Tuhan.

Kebiasaan susah menolak juga bikin saya kalang kabut dan mengacaukan jadwal saya sendiri. Misalnya nih, hari A sudah planning untuk mengerjakan A, B, C, dan D. Lalu Pewe mengajak saya jalan, atau Pewe minta bantuan saya mengerjakan sesuatu, ya akhirnya pekerjaan yang sudah terjadwal jadi tertunda.

Penundaan satu pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam satu hari membuat ada lebih banyak pekerjaan yang harus selesai keesokan hari. Jika penundaan terus dilakukan maka jelas tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan semakin tinggi. Akibat terakhirnya, saya jadi bingung dan stres sendiri karena terpaksa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu sesingkat mungkin. Masalah time management, jadi catatan tersendiri yang membutuhkan perbaikan di tahun depan.

3. Produktivitas

Karena time management yang masih berantakan, maka produktivitas saya sepanjang tahun 2018 ya tidak bisa maksimal. Buktinya, setahun ini hanya saya berhasil menyelesaikan 1 naskah buku, yang hasilnya “nggak” banget menurut saya dan membuat saya maju mundur untuk mengirimkannya ke penerbit. Selain naskah itu, ada beberapa lagi naskah setengah jadi yang entah kapan bisa di-finishing.

Untuk kegiatan ngeblog, sama kurang produktifnya. Saya lebih banyak menulis paid content ketimbang organik konten. Mestinya yang namanya blog ya banyak juga catatan pribadi, seperti tulisan saya kali ini. So, untuk tahun baru yang datang besok, saya meski perbaiki lagi masalah produktivitas ini. Mana ada sih orang meraih sukses tapi kerjanya setengah-setengah melulu. Iya, kan?

4. Saving

Oke, bicara mengenai literasi keuangan nih sekarang dan untuk saya pribadi, masih keteteran sepanjang 2018 ini. Niat untuk menabung seringkali terkalahkan dengan kebiasaan jajan. Kadang bisa terkumpul, tapi kemudian ada aja alasan untuk menjebol tabungan.

Memang sih, beberapa ada yang saya dan Pewe gunakan untuk investasi, dan berharap tahun 2019 nanti mulai menunjukkan hasil. Tapi ya itu, jumlah yang diinvestasikan dengan jumlah yang dihambur-hamburkan secara sembarangan jelas masing besar yang dipakai untuk memenuhi keinginan semata. Sore tadi saya dan Pewe akhirnya duduk bareng dan melihat kembali catatan keuangan kami. Kesimpulannya:

  • Mencatat keuangan harus konsisten dan ga boleh bolong-bolong (ada beberapa waktu kami lalai mencatat sehingga hasil akhir perhitungan tidak akurat).
  • Menyisihkan minimal 10 persen untuk tabungan dari setiap pendapatan yang kami terima tanpa alasan apapun.
  • Lebih mementingkan membeli barang yang benar-benar dibutuhkan alih-alih membeli barang hanya sekadar keinginan sesaat (Memuaskan nafsu belanja itu bisa bikin merana di kemudian hari!)
  • Bersihin rumah untuk menemukan harta karun terpendam. Kalau poin ini, saya baca dari artikel (lupa artikel siapa yang menulis), pokoknya rumah harus bersih dari tumpukan barang biar bisa menemukan benda-benda yang pernah dibeli tapi belum terpakai. Dan ini merupakan salah satu cara berhemat dan tidak terjadi dobel beli barang yang sama.
  • Membagi tabungan menjadi beberapa pos, misalnya untuk cadangan kesehatan, liburan, dan khusus untuk membeli barang impian.
  • Semua rencana saving realisasikan di 2019.

5. Gaya Hidup

Haduh, kalau bahas masalah gaya hidup, saya langsung tepok jidat sendiri. Saya ini gaya hidupnya kacau sekali. Malam dan siang suka kebalik-balik. Satu saat saya bisa bekerja sepanjang waktu dengan jam kerja panjang (2-3 malam tak tidur tahan banget). Di lain waktu, saya bisa tidur melulu kerjanya. Karena jam tidur berantakan begini, maka sangat mempengaruhi poin 1-4 yang sudah saya tuliskan tadi.

Masalah makan pun saya sembarangan. Karena sering di jalan, alhasil ya banyaknya jajan. Kadang sehari bisa makan 4 kali, di lain hari saya cuma ingat makan sekali. Buruknya, asupan gula melalui kopi yang lebih banyak saya konsumsi jadi meningkat drastis. Gawat kalau sampai diabetes. Meski mengubah kebiasaan jelek ini nih. Oh ya, tahun baru besok saya juga meski memasukkan jadwal olahraga rutin. Tak perlu tiap hari sih, minimal seminggua 3 kali aja joging di STAN (kayak dulu) bagus juga.

6. Upgrade Skill dan Pengetahuan

Setelah membuka dan memeriksa jurnal yang satu tahun ini saya tulis, saya menemukan fakta kalau sedikit sekali saya mengalokasikan waktu untuk upgrade skill dan pengetahuan. Oke, saya memang beberapakali ikutan workshop, tapi belum maksimal, dan ilmu dari workshop tersebut ternyata belum benar-benar saya aplikasikan. Lalu, sepanjang tahun ini saya sangat sedikit membaca buku. Padahal dari membaca itulah bisa menambah pengetahuan. So, karena kebetulan sudah planning mau memperbaiki time management, maka untuk kegiatan membaca perlu pula dimasukkan jadi kegiatan yang wajib dilakukan setiap hari.

Evaluasi Akhir Tahun 2018
Karya di Malam Akhir Tahun Baru ini saya buat setelah selesai melakukan evaluasi akhir tahun 2018

Beberapa saat lagi tahun 2018 akan berakhir. Sungguh saya berterima kasih untuk banyak hal yang terjadi sepanjang tahun ini. Sedih dan bahagia memang perlu terjadi karena itulah hidup yang sebenarnya. Dalam setiap peristiwa, semenyakitkan apa pun tetap ada pelajaran yang bisa dipetik.

Perbaikan demi perbaikan perlu saya lakukan terus agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi di tahun depan, menjadi lebih produktif, lebih sehat, dan bisa mewujudkan impian demi impian. Evaluasi akhir tahun 2018 yang malam ini saya lakukan bersama Pewe berhasil membuka mata saya untuk melihat “kekurangan” yang perlu diperbaiki dan “kelebihan” yang perlu ditingkatkan. Semoga tahun 2019 jadi lebih baik untuk saya, Pewe, dan untuk semua orang.

Sedang mengikuti pelatihan prakerja untuk meningkatkan skill

About the author

Hobi saya dalam hal kepenulisan menjadikan saya ingin selalu berkarya. Menciptakan ruang blog monicaanggen.com ini bukanlah sesuatu hal yang kebetulan gais. Sit, Enjoy, and Starting Read.. ^_^

2 pemikiran pada “Evaluasi Akhir Tahun 2018”

  1. Ping-balik: Resolusi Tahun Baru 2019 ala Saya · Catatan Monica Anggen
  2. Ping-balik: Menebar Kebaikan Dengan Menjadi Narablog Pada Era Digital · Catatan Monica Anggen

Tinggalkan komentar