Tips 30 Hari Menulis Nonfiksi (3): Berburu Ide untuk Bahan Tulisan

Hai… hai… saya lagi-lagi molor nih untuk posting tahapan menulis buku nonfiksi. Nggak apa ya, lebih baik terlambat daripada nggak sama sekali, kan, hahaha. Yuklah mari kita langsung saja. Pada bagian pertama dari seri Tips 30 Menulis Nonfiksi, saya telah menuliskan tentang Persiapan yang Harus Dilakukan, kemudian sudah pula mengulas mengenai Memanfaatkan 5W+1H untuk Menggali Ide Tulisan. Semoga kedua artikel saya tersebut bisa sedikit menginspirasi teman-teman yang ingin menulis buku ya. Kali ini, saya akan membahas mengenai Berburu Ide untuk Bahan Tulisan. Masih nggak jauh-jauh dari masalah berburu ide nih karena ternyata masih banyak yang menjadikan “Tak Punya Ide” sebagai alasan untuk nggak menulis.

Pentingnya Berburu Ide untuk Bahan Tulisan

Dalam perjalanan saya sebagai penulis buku hingga hari ini, saya sering mendapat pesan, baik di inbox Facebook, melalui chat di Whatsapp, juga melalui Direct Message (DM) Instagram atau Twitter. Kebanyakan pesan itu berasal dari teman-teman yang berkeinginan menulis buku. Kadang, adapula teman sesama penulis yang mengajak bercakap-cakap bagaimana saya bisa produktif menulis buku berbagai genre, baik fiksi maupun nonfiksi. Pertanyaan mendasar dari mereka kurang lebih sama, antara lain:

  • Kok bisa sih menulis terus. Idenya dapat dari mana?
  • Mbak, itu habis nerbitin novel, trus nerbitin nonfiksi. Idenya banyak banget nggak habis-habis. Kok bisa?
  • Gimana cara dapat ide untuk nulis sih, Mbak?
  • Kak, saya mau jadi penulis. Tapi saya belum punya ide. Nyari idenya di mana?

Di lain waktu, pernah pula setelah diskusi panjang lebar dengan seorang teman yang sudah pernah menerbitkan buku. Dulu, dia termasuk penulis produktif yang bukunya terus terbit berurutan tiap bulan. Entah kenapa akhir-akhir ini saya tak lagi melihat bukunya terbit (termasuk buku saya nih juga belum kunjung terbit lagi… hahaha). Jadi, saya pun bertanya kepadanya, “Tumben nih lama nggak lihat bukumu terbit lagi, Mbak?” Teman saya itu cuma menjawab, “Lagi kehabisan ide nih. Punya ide nggak, enaknya nulis apa?”

Dari percakapan-percakapan inilah saya tahu kalau tidak hanya penulis baru saja yang masih kesulitan menemukan ide, penulis yang sudah sering nulis buku juga masih mengalami masalah yang sama. Gawatnya, ketiadaan ide ini malah dijadikan alasan untuk tidak menulis. Saya pun sering begitu. Mentang-mentang tak ada ide jadi malas menulis… hahaha. Fakta yang kemudian saya pelajari dari penulis-penulis lain yang lebih produktif, termasuk mengikuti salah satu forum penulis luar, menyebutkan bahwa ide itu jangan ditunggu, melainkan harus diburu. Kitalah yang harus bergerak aktif menemukan ide demi ide, mengumpulkan setiap potongan ide, menggabungkannya, berinovasi, juga mengembangkannya hingga menjadi tulisan baru. Dengan kata lain, semakin kita rajin berburu ide untuk bahan tulisan semakin banyak tulisan yang bisa kita hasilkan. Otomatis kita bisa jadi penulis produktif. Lalu bagaimana cara berburu ide?

Cara Berburu Ide untuk Bahan Tulisan

1. Brainstorming Ide

Brainstorming ide bisa dilakukan dengan seorang atau beberapa orang teman. Jadi ajak teman ngumpul, berdiskusilah bersama mereka tentang apa pun. Dari diskusi ngalor-ngidul ini kadang kita bisa menemukan satu dua ide, bahkan bisa beberapa ide sekaligus, untuk diolah jadi tulisan. Atau kalau kita sudah punya satu ide, tetapi belum menemukan cara untuk mengembangkannya, maka ide tersebut bisa kita lempar sebagai bahan diskusi. Banyak kepala dengan berbagai sudut pandang pemikiran akan membantu kita mengolah satu ide sederhana menjadi lebih lengkap dan detail sehingga setelahnya kita bisa mengembangkannya jadi bahan tulisan. Bagaimana kalau ide kita yang masih mentah ini malah dicuri teman? Jangan khawatir. Satu ide yang sama, yang diolah 10 orang yang berbeda, akan menghasilkan tulisan yang berbeda kok. Tapi saran saya, lakukan brainstorming ide ini dengan seseorang atau teman yang dipercaya saja kalau takut ide kita nanti dicuri.

2. Temukan Ide di Sekeliling Kita

Ide ada di mana-mana asalkan kita mau membuka mata, buka telinga, buka hati dan buka pikiran. Dengan lebih aware dengan sekitar, kita bisa menemukan banyak sekali ide. Contohnya: saat membeli sayur di penjual sayur keliling kemudian melihat seorang ibu kebingungan memilih sayuran, maka bisa saja kita menulis tentang tips memilih sayuran segar atau mengenal kandungan gizi dan vitamin dalam sayuran bagi kesehatan tubuh. Ini hanya contoh, saya yakin siapa pun bisa mengembangkan ide ini lebih baik lagi. Jadi ketika kita berada di keramaian, pasar, pusat perbelanjaan, tempat ibadah, sedang nongkrong di kafe, di sekolah, di kampus, di perpustakaan, sedang traveling, atau di mana pun, buka mata, telinga, hati, dan pikiran, kemudian temukan sebanyak mungkin ide yang bisa ditemukan.

3. Ide Bisa Ditemukan dari Kegiatan Membaca

Cukup banyak penulis yang menemukan ide dari membaca buku penulis lain. Saya menulis buku 99 Cara Berpikir ala Sherlock Holmes juga terinspirasi saat membaca kisah-kisah petualangan detektif nyentrik itu. Ketika itu saya berpikir, meski ini hanya cerita fiksi, bisakah cara berpikir sang detektif diterapkan dalam kehidupan nyata? Pertanyaan yang muncul ini akhirnya menjadi ide awal saya menuliskan buku tersebut. Jika ingin contoh lain, coba deh berselancar saja di internet dan temukan fakta ada cukup banyak penulis yang menemukan ide setelah membaca buku.

4. Pengalaman Pribadi pun Bisa Menjadi Sumur Ide yang Tak Pernah Habis

Tahu JK. Rowling, kan? Itu loh penulis buku fenomenal Harry Potter. Salah satu idenya yang luar biasa adalah penciptaan karakter Dementor, yang digambarkan sebagai monster penghisap kebahagiaan. Kemunculan karakter itu dari pengalamannya yang pernah menderita depresi loh. Contoh lain adalah buku 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais. Buku tersebut ditulis berdasarkan pengalaman sang penulis saat tinggal di Eropa. Jadi, ayo lihat kembali ke diri sendiri dan carilah pengalaman-pengalaman yang pernah terjadi dalam hidup kita. Coba tuliskan. Tidak ada yang tahu, kan, kapan suatu tulisan bisa menginspirasi orang lain, kalau kita tidak pernah menuliskannya.

Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya menuliskan empat cara berburu ide untuk bahan tulisan. Keempat cara inilah yang paling sering saya gunakan dan cukup membantu saya menemukan berbagai ide untuk buku-buku dan artikel saya. Saya yakin, teman-teman pasti bisa menemukan lebih banyak lagi sumber ide lain. Yuk berbagi pengalaman di kolom komentar, bagaimana dan di mana kalian bisa menemukan ide tulisan?

Sedang mengikuti pelatihan prakerja untuk meningkatkan skill

About the author

Hobi saya dalam hal kepenulisan menjadikan saya ingin selalu berkarya. Menciptakan ruang blog monicaanggen.com ini bukanlah sesuatu hal yang kebetulan gais. Sit, Enjoy, and Starting Read.. ^_^

5 pemikiran pada “Tips 30 Hari Menulis Nonfiksi (3): Berburu Ide untuk Bahan Tulisan”

  1. Wah,,,, ntaps deh mbak, pengalaman pribadi itu bener-bener kerasa banget. Yang susah itu kalo menggunakan metode rewrite, sedangkan ya pengertian tentang tema yang dibahas masih sedikit. Ya,,, agak terhambat gitu deh jadinya. #DuniaFaisol

    Balas
  2. Nemu ide sih dimana saja. cuma saat menuliskannya entah kenapa cuma jadi 2 atau 3 paragaraf, itu sudah paling banyak. haahaha..
    *ketawa miris*

    Balas
  3. Ping-balik: 5 Manfaat Menulis Jurnal Harian · Catatan Monica Anggen
  4. Mba apa bisa seorang introvert menjadi penulis?kan kurang gaul, gak punya teman juga ga cerdas cerdas amat

    Balas
  5. Selalu mendapatkan pelajaran berharga setiap kali berkunjung kesini. Tulisan-tulisan mbak Monica selalu bernas, ringkas dan padat, penuh inspirasi.

    Saya mampir disini dengan keyword “bahan tulisan” dan tulisan Mbak Mon ada di halaman paling depan.

    Sukses terus ya mbak 🙂

    Balas

Tinggalkan komentar