Cara Bahagia Bersama Pasangan

Home ยป Lifestyle ยป Cara Bahagia Bersama Pasangan

Hari ini akhirnya saya menuliskan Cara Bahagia Bersama Pasangan, gara-gara di timeline media sosial saya masih saja berseliweran pembahasan mengenai kisah Layangan Putus dan Nahkoda Kapal Pecah. Ada yang ngikutin dua kisah viral tersebut?

Saya sih ikutan baca dan lama sekali saya berusaha menahan jari-jemari untuk tidak ikut berkomentar di media sosial. Namun hari ini saya pikir tak ada salahnya sih ikutan menuliskan hal ini, siapa tahu viral juga #Eh. Hahaha.

Tidak dink, saya tidak ingin jadi viral lalu dibully ramai-ramai di hampir semua media sosial. Saya hanya ingin berbagi apa yang saya rasakan, pikirkan, dan yang selama ini saya alami.

Pernikahan Dua Latar Belakang Berbeda dan Tak Disetujui Orangtua

Perjalanan yang saya dan Pewe lalui sungguh luar biasa. Pernikahan kami ini sama sekali tak pernah terbayangkan di masa remaja saya akan benar-benar terjadi.

Aslinya, saya bermimpi bisa menikahi lelaki yang ganteng (saya pernah punya, sayang dia mati muda), yang kaya, yang bisa menjadikan saya Cinderella, dan bisa mewujudkan semua impian saya hanya dengan menjentikkan jemari saja.

Faktanya, saya malah menikahi Pewe yang notabene bertolak belakang dengan lelaki idaman saya.

Cara Bahagia Bersama Pasangan
ย  ย  ย  ย  ย  ย  ย  ย  ย  ย  Liburan ke Bali yang Perlu Lagi Diulang di Lain Waktu

Saya ini tidak berdarah Indonesia lho (ngikutin gayanya Agnes ngomong, hahaha). Saya berdarah campuran Cina, Dayak, dan sedikit Eropa (kalau tentang turunan Eropa ini, sampai hari ini saya kurang paham, tapi saya sering disebut-sebut sebagai turunan Cina Baba).

Pewe, lelaki yang saat ini jadi suami saya, adalah pribumi (Ingni kalau keluarga saya menyebutnya… hahaha). Dia Jawa tulen, numpang lahir di Jakarta, lalu tinggal di Semarang (orangtuanya saat ini tinggal di Semarang), dan sekarang cari nafkah di Jakarta.

Latar belakang kami jauh berbeda. Gaya didikan orangtua juga beda. Ekonomi keluarga kami jauh banget. Agama? Sudah jelas beda juga. Intinya, banyak hal yang membuat kami berbeda dan rasa-rasanya mustahil bisa dipersatukan dalam pernikahan (yang dulunya sempat diperkirakan tidak bertahan lama).

Kalau boleh jujur, ribuan kali saya ingin “pergi”. Hidup pas-pasan bukanlah hidup yang saya inginkan. Kehidupan kami sebelum 2012 jungkir balik tak tentu arah. Tahun 2012 akhirnya Pewe nekat mengambil keputusan. Ia ingin mewujudkan impian saya jadi penulis dan tinggal di Jakarta.

Hei, dia keren sekali waktu ambil keputusan itu. Tapi lagi-lagi, kehidupan yang kami lalui setelah keputusan itu tetap saja tidak mudah.

Cara Bahagia Bersama Pasangan
Penang – November 2019

Bayangkan, penghasilan pertama Pewe pertama kali ke Jakarta akhir 2012 lalu cuma 750ribu dan kontrakan kami perbulan harganya juga 750ribu.

Sementara penghasilan saya dari menulis buku juga tak seberapa, itu pun baru masuk rekening tiap 6 bulan sekali. Kebayang tidak bagaimana caranya kami bertahan hidup waktu itu?

Hari ini saya bersyukur dan berterima kasih kepada Pewe, karena berulah dan bertingkah sebrengsek apa pun saya kepadanya, dia tetap mempertahankan saya.

Mungkin teman-teman yang sudah mengikuti “kehidupan saya” melalui media sosial pastilah tahu, bagaimana sulitnya saya ini. Ya, saya termasuk orang yang “sulit” untuk dihadapi, ditambah mood swing yang parah luar biasa.

Saya juga aslinya tak pandai berinteraksi dengan orang lain. Saya selalu merasa, saya ini “alien” yang seharusnya tidak hidup di bumi bersama para manusia.

Masalah harian yang harus dihadapi, ditambah penolakan keluarga terhadap Pewe (yang dianggap bukan lelaki yang pantas dan bisa menghidupi saya dengan layak), sungguh perjalanan yang berat.

Keinginan saya untuk hidup dan terus berjuang sama besarnya dengan keinginan saya untuk mati. Ya, saya juga ribuan kali berpikir untuk mati saja. Pisau menempel di urat nadi tangan sudah puluhan kali terjadi.

So, bagaimana sih cara bahagia bersama pasangan ala saya dan Pewe?

Cara Bahagia Bersama Pasangan

Komunikasi adalah salah satu hal penting yang harus ada. Saya dan Pewe bukan dua manusia yang pandai berkomunikasi sebenarnya. Pewe termasuk orang tertutup dan lebih senang menyimpan perasaannya sendiri. Dia kalau tak diajak ngomong, tahan lho bisu seharian.

Tapi dari belajar berkomunikasi inilah (termasuk dengan perdebatan panjang sampai salah satu nangis atau kesal, atau komunikasi yang berakhir dengan musuhan seharian), kami belajar untuk tetap bersama. Kami belajar cara bahagia bersama pasangan.

Wait, pernikahan kami baru 16 tahunan ya dan rasanya akan ada yang bilang, ah baru menikah seumur jagung sudah sok bagi-bagi cara bahagia bersama pasangan. Jika hal ini yang muncul dalam pikiranmu, langsung close saja browser di laptop atau ponselmu.

Tapi jika menurutmu, masih adalah ya harapan sedikit kalau cara yang kami terapkan bisa bermanfaat, silakan lanjut baca.

Apakah Pewe ini lelaki soleh dan selalu baik hati kepada istrinya? Tidak. Tapi dia cukup menyayangi saya dan selalu berusaha memenuhi apa pun yang saya butuhkan (Baca: yang saya butuhkan, bukan yang saya inginkan).

Apakah dia lelaki alim yang menjaga pandangannya dari perempuan seksi? Wah, tidak. Dia masi suka cuci mata layaknya lelaki normal. Apa dia tahan godaan? Tentu tidak, karena dia pun pernah hampir terpeleset.

Secara ekonomi, dia juga jauh sekali dari yang saya harapkan. Dia tipe yang suka sungkan pasang harga. Udah pasang harga, kadang masih juga mau menerima tugas tambahan yang seharusnya tidak termasuk dalam harga yang sudah ditawarkan (makanya dia lambat kaya… hahaha. Orangnya suka tak tegaan sama orang lain, tapi selalu tega menyiksa diri sendiri).

Tapi kalau ditanya, apakah dia baik memperlakukan saya? Baik banget. Semarah ataupun sekesal apa pun, dia hampir tak pernah main tangan. Paling kalau sayanya sudah sangat keterlaluan, dia lebih memilih pergi, nanti kembali setelah saya sudah tenang.

Apakah dia selalu berusaha memberikan yang terbaik? Iya. Saya melihat usahanya untuk terus “menaiki tangga kehidupan”. Langkahnya memang terseok-seok. Kadang terpaksa turun satu atau dua anak tangga untuk kembali naik lagi di kesempatan berikutnya. Dia berusaha, itu makanya kami masih ada hingga hari ini dengan kehidupan yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Cara Bahagia Bersama Pasangan
Penang – November 2019 – Pewe said: “Mbak, terima pijet di mana?” hahaha

Oke, sekarang saya nunjuk diri sendiri nih.

Apa saya istri yang rajin bersih-bersih rumah, pandai memasak, selalu dandan cantik dan wangi untuk menyenangkan suami? Wah, bukan saya banget. Boro-boro masak, sekali saja pegang pisau malah mengiris tangan sendiri.

Apa saya istri yang mengalah dan penurut sama suami, atau yang berbicara dengan penuh kelembutan saat bersama suami? Astaga! Ini mungkin istri orang lain, bukan istri Pewe. Kalau Pewe sih sering mengumpamakan mulut saya itu berbisa dan pribadi saya itu seperti singa, senggol bacok istilahnya… hahaha.

Kami berdua penuh ketidaksempurnaan. Namun dalam ketidaksempurnaan yang kami miliki, setiap menit, setiap hari, dalam tahun-tahun yang sudah kami jalani, kami berusaha saling menyempurnakan satu sama lain.

Kami sepakat untuk jadi diri sendiri apa adanya, memperbaiki yang bisa diperbaiki, dan terus belajar satu sama lain.

Hidup kami pun tak selalu baik-baik saja. Ekonomi? Wuah, masih jauh dari mapan, apalagi kalau dibandingkan dengan adik-adik kami. Kata sukses itu masi jadi salah satu dream goal yang mesti dikejar mati-matian.

Lalu bagaimana agar saya tak jadi layangan putus dan Pewe tak jadi nahkoda kapal pecah?

  1. Bertahan untuk Tetap Bergandengan Tangan

Jangan saling melepaskan. “Aku akan ada untuk kamu apa pun yang terjadi (ini sih janji Pewe dan memang hingga hari ini dia masih menepati janjinya, sebrengsek apa pun kelakukan saya). Tapi memang, diperlukan kemampuan untuk bertahan dengan tetap bergandengan tangan menghadapi apa pun. Jangan sampai yang satu kesulitan, yang lain pergi diam-diam.

2. Saling Belajar untuk Tetap Mencintai

Saling mencintai sampai mati. Ini janji bullshit yang sering kami tertawai berdua, tapi kami tetap berharap bisa melakukan hal ini sampai salah satu dari kami mati. Seperti halnya tanaman yang harus disirami dan dirawat agar terus tumbuh, cinta (katanya) juga begitu. Mesti harus selalu dirawat. Kalau saya tanya ke Pewe, “apa kamu cinta aku?” Jawabannya selalu: tidak. Aku sayang kamu dan ingin bersamamu sampai tua.

Saya juga sering berpikir sih, sebesar apa saya cinta Pewe? Dan jawaban yang saya temukan malah saya tak terlalu paham dengan cinta itu apa, tapi saya sayang dia dan tak bisa membayangkan kalau dia tak ada lagi di dunia ini. (Itu makanya dalam perbincangan ngawur kami di malam hari, aku selalu meminta Pewe panjang umur dan saya saja yang mati duluan jika saatnya tiba).

3. Saling Dukung

Jalani hidup dengan saling support penuh, karena kebahagiaan yang satu akan mempengaruhi kebahagiaan lainnya. Apa pun keputusan yang saya ambil, Pewe support penuh, ikut membantu jika dibutuhkan. Begitu pula sebaliknya, walau kadang masih suka protes, saya berusaha mendukung apa pun keputusan Pewe, dan akan ada jika dia membutuhkan bantuan.

4. Bagi Tugas

Urusan apa pun yang bisa dibagi untuk dilakukan, maka bagi saja. Maksudnya, bagi tugas. Hampir banyak hal kami lakukan berdua, yang satu nyari peluang, yang satu bantuin realisasi sampai peluang yang didapat bisa diselesaikan dengan baik. Yang satu cuci baju, yang lain bagian jemur. Pewe masak, sayanya leyeh-leyeh baca buku. Hahaha

5. Jadi Diri Sendiri Apa Adanya

Tak usah jadi orang lain. Jadi diri sendiri aja apa adanya. Istilahnya, jangan memakai baju orang lain yang sebenarnya tak pantas kita pakai. Berusaha menjadi seperti orang lain tak akan membuat hati bahagia. Saya dan Pewe juga tak berusaha untuk mengubah satu sama lain. Lebih nyaman Pewe jadi dirinya sendiri, sama seperti Pewe yang merasa lebih nyaman kalau saya tampil sebagai saya apa adanya. Tak usah juga berusaha menyenangkan pasangan, senangkan diri sendiri dulu, nanti pasangan ya akan ikut senang. Kebahagiaan dan kegembiraan itu menular.

6. Minta Pertolongan Ahli Jika Dibutuhkan

Mood swing parah yang sering saya alami, 8 bulan terakhir berangsur-angsur berkurang karena akhirnya kami mencari pertolongan psikiater.

Hohoho, jangan dikira ke psikiater gila ya. Belum tentu. Bahkan masa kecil yang berjalan kurang baik, atau tragedi masa remaja, bisa menimbulkan kerusakan mental yang tak disadari. Kerusakan itu terus dibawa di masa kini dan akan jadi benalu yang malah merusak pula kebahagiaan saat ini.

Dan dari psikiater inilah saya disarankan untuk membuat jurnal perasaan. Jurnal yang harus saya isi setiap saya merasakan sesuatu, entah sedih, marah, kecewa, muak, sebal, apa pun perasaan yang muncul. Jurnal perasaan menjadi tong sampah pertama untuk sampah perasaan, sebelum perasaan itu dilepas keluar dan menyakiti orang-orang yang disayang.

Bersyukurnya lagi meski sedikit memalukan,ย Pewe tipe suami kepo yang ingin tahu apa yang istrinya lakukan. Dia suka diam-diam baca jurnal saya ternyata. Dan waktu dia mengakuinya, dia bilang begini: “Aku belajar banyak dari tulisanmu. Belajar mengenalmu, mengenal perasaanmu, mengenal apa yang kamu suka dan tidak. Berusaha untuk tak jadi pemicu yang merusak suasana hatimu.”

(Ini seperti yang juga dikatakan Opa Dono, psikiater yang saya datangi, bahwa meski sudah belasan tahun hidup dalam satu rumah, bahkan tidur di satu ranjang, tak menjamin dua orang bisa mengenal dengan baik satu sama lain).

Di sisi lain, saya juga belajar tentang dirinya, perasannya, dan apa yang tak dia suka dan dia sukai. Yah, masih berusaha belajar sih karena saya ini orangnya jauh lebih egois dibandingkan Pewe. Kepala batu dan hidup lebih menuruti feeling. Semoga deh Pewe tetap bertahan dan memiliki pemakluman akan hal ini dalam waktu yang lebih lama ya.

7. Jujur Dalam Segala Perkara

Jujur antar satu sama lain. Apa pun itu, bahkan yang bisa bikin marah, tetap harus cerita. Contoh masalah sepele (mungkin ada di antara kalian yang pernah mengalaminya): pinjam uang.

Mungkin pasangan kita merasa malu untuk suatu kondisi tak punya uang cukup, lalu pinjam uang (ke teman, sodara, lawan jenis, atau siapa pun) dan ini dilakukan diam2.

Pewe tahu, kejujuran untuk case semacam itu seharga 1 samsung note keluaran terbaru tahun 2014, yang hancur berkeping2. (yang kalau dilihat dari penghasilan, butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa membelinya).

Dan saya tahu, kejujuran untuk case semacam itu seharga kejutan yang mestinya jadi hadiah ultah, tapi berakhir di tong sampah.

Kejujuran meliputi banyak hal. Kejujuran dalam mengungkapkan perasaan, kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. Pokoknya jujur dalam banyak perkara. Kami berusaha untuk tak menyembunyikan hal-hal, bahkan hal yang tampak sepele. Dengan cara ini, kami juga saling menjaga satu sama lain. (Termasuk saat saya berhubungan lagi dengan salah satu mantan dan Pewe yang cerita bertemu teman cewek, yang ternyata cewek itu pernah suka dia di masa sekolah dulu).

8. Bahagia Tidak Berarti Tak Bertengkar Sama Sekali

Tak bertengkar? Cara bahagia bersama pasangan bukanlah tidak bertengkar sama sekali. Memangnya ada rumah tangga yang di dalamnya sama sekali tak pernah bertengkar? Wong ada banyak kan artis (yang katanya tak bertengkar dan selalu terlihat harmonis + bahagia, eh malah berakhir juga dengan perceraian).

Saya dan Pewe sepikiran mengenai masalah bertengkar ini. Brengsek banget lelaki yang berharap istrinya bisa tetap tersenyum walau hati membara setengah mati.

Sama brengseknya dengan istri yang berharap suami pulang ke rumah tanpa membawa masalah.

9. Istri Harus Mempersiapkan Diri dan Suami Harus Tahu Diri

Istri harus mandiri. Belajar punya pemasukan sendiri lebih baik agar kelak jika ditinggal tak sampai perlu melayang-layang kehilangan arah. Ditinggal di sini tak melulu karena pelakor atau berselingkuh loh ya, bisa jadi ditinggal karena kematian yang kapan saja bisa datang.

Suami harus pula tahu diri. Jangan menuntut istri cantik jelita harum mewangi kalau untuk kasih uang dapur saja pas-pasan (kosmetik bagus itu mahal, kecantikan butuh perawatan)

10. Akhiri Segera Daripada Tinggal di Neraka Bernama Rumah Tangga

Percakapan lain yang disertai saling janji antara saya dan Pewe adalah jika pada akhirnya tak lagi ingin bersama, maka jangan sembunyi-sembunyi. Terus terang saja secepatnya agar istri/suami bisa mempersiapkan diri. Setelahnya akhiri secepatnya. Tak ada gunanya hidup bersama kalau rumah berasa neraka.

Oh ya, saya anti banget dengan poligami. Mana rela saya makan satu pisang ramai-ramai. Pewe besar dalam keluarga yang salah satu pendahulunya ada yang poligami dan dia melihat sendiri bagaimana keluarga mereka bertumbuh. Bagaimana penderitaan yang tua, juga yang muda? Bagaimana anak-anak yang tumbuh dengan bersaing satu sama lain? Butuh waktu panjang (katanya) setelah para pelaku poligami tiada, keluarga besar itu bisa bersatu seperti saat ini.

11. Fokuslah Pada Rumah Sendiri, Jangan Urusi Rumah Tetangga

Tiap rumah tangga punya masalahnya sendiri-sendiri. Rumah tangga yang satu berbeda dengan rumah tangga lainnya. Belakangan suka heran juga sih betapa banyaknya orang yang ikut urusan rumah tangga orang lain, bahkan urusan ranjang orang lain. Apakah saking tak ada kerjaannya (atau rumah tangganya sendiri sudah baik-baik saja) maka waktu luangnya malah sibuk mengurusi rumah tangga orang lain?

Tulisan Cara Bahagia Bersama Pasangan ini tadinya mau di posting di Facebook. Waktu lihat ternyata lebih dari 2000 kata, kok sayang ya kalau posting di sana. Jadilah akhirnya ditulis di blog saja. Hahaha.

Mari terus belajar jadi lebih baik, untuk keluarga dulu terutama, barulah untuk orang-orang di luar sana. Dan semoga tulisan Cara Bahagia Bersama Pasangan bisa sedikit berguna bagi orang yang kebetulan sedang mengalami masa sulit seperti yang pernah saya alami. Dan tak ada lagi perempuan yang jadi layangan putus atau lelaki yang jadi nahkoda kapal pecah ya.

Sedang mengikuti pelatihan prakerja untuk meningkatkan skill

About the author

Hobi saya dalam hal kepenulisan menjadikan saya ingin selalu berkarya. Menciptakan ruang blog monicaanggen.com ini bukanlah sesuatu hal yang kebetulan gais. Sit, Enjoy, and Starting Read.. ^_^

62 pemikiran pada “Cara Bahagia Bersama Pasangan”

  1. Mba Mon… pelukkkkk… Aku serasa berdiri di depan cermin, begitulah pula yang saya alami dan rasakan bersama suami. Btw aku bersama suami udah 18 tahun (almost 20 tahun). Ahhh baca ini aku jadi terharu, pengin buru-buru peluk suami.. (sayangnya saya masih kudu lembur di kantor entah sampai jam berapa nanti). Makasih sharingnya, mba Mon.. Semoga langgeng bersama mas PeWe hingga maut yang memisahkan..

    Balas
    • Ternyata kita punya kisah yang hampir serupa ya. Semangat ya, Mbak Wiwin. Semoga langgeng juga bersama suami hingga maut memisahkan. Peluk balik dari jauh

      Balas
  2. Keren ih mba Monika, saya ngebayanginnya saja ga sanggup.Benar2 butuh perjuangan. Semoga langgeng ya apapun hambatannya.

    Balas
    • Aamiin, Mbak, terima kasih atas doanya. Ini mah tak terlalu keren lho karena aku yakin di luar sana masih banyak juga perempuan yang mengalami perjalanan pernikahan yang lebih luar biasa. Semoga kita semua dilindungi Tuhan ya, Mbak, dan berbahagia bersama keluarga

      Balas
  3. Ceritanya mengharu biru ya, Mbak Monica. Namun dalam perbedaan dan tak kesempurnaan itulah Mbak Monica dan Mas Punto saling mengisi.
    Hanya ini saya penasaran, duku ketemuannya di mana? Hahaha dan Mas Pewe memang suka cuci mata, Mbak. Termasuk pas di Bali foto cewek seksi hahaha

    Balas
    • Ya, Mas, belajar untuk saling menyempurnakan dalam ketidaksempurnaan. Aku sama Pewe dulu ketemu di layanan chatting Yahoo lho. Room Indonesia 9. Kalau masalah cuci mata, normal dia masih. Pokoknya boleh lihat, pegang jangan. hahaha

      Balas
  4. Mbak Mon… Aaaahhh berarti yg aku alami ni belom ada apa2nya ya mbak.. lagi spek dikit aja maunya pisah gituuu… Sebel kzl..dan aku msh meraba-raba bagaimana bisa berkomunikasi yg baik dgn pasangan. Makasih ya mbaaaa…ini ngebantu aku banget pokoknyaa

    Balas
    • Hahaha… lima tahun pertama aku pun begitu, Mbak. Dikit-dikit pengen pisah (kadang sampe sekarang masih terpikir sih, cuma mulai bisa diredam sejalan dengan waktu). Semangat ya, Mbak. Coba saling berkomunikasi aja. Aku tahu tidak gampang lho menjaga komunikasi ini karena aku pun mengalaminya. Tapi Insya Allah bisa kok. Pokoknya kita mau berusaha. Pasangan pun begitu.

      Balas
  5. Mbaaaaaak
    Kok aku berasa ngaca ya baca ini
    Aku mood swing banget, suami sabar luar biasa
    Aku ngomel melulu, dia malah peluk aku
    13 tahun berjalan dan kami (aku sih lebih tepatnya) masih terus belajar salaing menyesuaikan, saling mengenal, saling memahami
    Ada titik marahan luar biasa
    Ada titik nangis pas dia telat pulang dan gak bisa dihubungi karena HP nya habis baterai, pas pulang akunya mewek, mau peluk tapi gengsi yang ada malah marah-marah hahahahaha
    Aduuuh kepanjangan, nanti malah jadi curcol

    Balas
    • Ternyata aku tak sendiri dan aku pun pernah uring-uringan juga seharian hanya gara-gara Pewe ponselnya tak bisa dihubungi, tak ada kabar. Hahaha. Untuk mood swing, cobain deh buat jurnal perasaan. Ini cukup membantu menenangkan diri lho, Mbak, dan setelah menulis di jurnal itu, biasanya pikiran dan hati juga lebih plong. Kalau nanti ketemu sama penyebab bikin uring-uringan muncul (suami misalnya), trus ngomel, ya berarti nasib buruknya dia. hahaha

      Balas
  6. 16 tahun bukan waktu yang sebentar yaa mbaa Mon. Sebagai orang hampir gede (25+) haha dan belum menikah, sharing seperti ini bisa jadi pertimbanganku untuk siapยฒ menghadapi bahtera rumah tangga yang nyatanya ga selalu indah. Semoga langgeng pernikahannya ya mba, dan pastinya bahagia selalu.

    Balas
    • Mbaaak, semoga nanti menemukan pasangan yang baik ya, dan yang mau berjuang bersama. Jangan takut memasuki bahtera rumah tangga. Selain hal-hal tak menyenangkan, banyak juga kok hal-hal yang bikin bahagia. Aku dan Pewe, meski hidup kami tak selalu indah, tapi kami tetap banyak tertawa karena dibalik hujan, Tuhan juga menyediakan pelangi. Makasi juga ya atas doanya.

      Balas
  7. Mbak mon mas pew. Mau jujur… Aku tuh sejak tau kalian berpasangan sebenernya kepo banget sama hubungan kaliannn… Sueerrrr. Tapi kan nggak mungkin aku tanya langsung..

    Eh happynya bisa tau perjalanan ,cinta kalian di postingan ini.

    Sumpah speechless sih.. Intinya. You got my respect.. :*

    Peluk dan cium sayang dari adik kecil di SURABAYA..

    (SUMPAH MBAK MAS INI KOMENTAR TULUS BUKAN CARI MUKA BIAR DIKASIH JOB TERUS) #ehhhhhcapslockjebol

    Balas
    • Hahaha… selalu ketawa-tawa sendiri baca komentarmu, Mbak. Nggak di komentar blog atau di chat grup, gokilnya always dan selalu. Akhirnya tak kepo lagi atau masih kepo nih? Dulu kan Mbak Rini percaya juga aku sama Pewe cuma teman, bukan pasangan. Hahaha.

      Bodo amat ah mo tulus ato nggak, tapi kalau emang rezeki ya job bakal jalan terus kok.

      Peluk jauh juga buat adik kecil di Surabaya. Semoga sehat dan sukses selalu ya.

      Balas
  8. Tersentuh baca ini :
    ‘aku selalu meminta Pewe panjang umur dan saya saja yang mati duluan jika saatnya tiba’
    Mirip banget dengan kami berdua, doanya seperti itu. Nggak mau ditinggal duluan.

    Be strong, mba Monic dan Pewe, tetap sehat dan menua bersama

    Balas
    • Siaap, Mbak, harus tetap semangat. Iya nih aku suka takut Pewe yang pergi duluan karena sampai hari ini aku belum pernah berani berpikir apa yang akan terjadi kalau dia sudah nggak ada lagi di dunia ini. Semoga kita semua diberi kesehatan, bahagia bersama pasangan, dan bisa menua bersama ya

      Balas
  9. Suka bacanya. Mbak Monic menulis dengan jujur itu keren. In syaa Allah akan banyak yang belajar dari sini. Setidaknya berkata, “Saya tak sendiri.”

    Oya, pengen bilang juga bahwa Mbak Monic gak kelihatan sama saya mood swing-nya. Kita beberapa kali “ketemu” dalam satu pekerjaan dan pembawaan Mbak Monic masih manusiawi di mata saya (bukannya alienawi ๐Ÿ˜…).

    Mbak Monic mampu meng-handle ratusan orang dan tak sampai mencakยฒ berlebihan ketika gantian dari kami berulang kali bertanya. Gak banyak lho yang spt itu.

    Makanya saya kaget sekaligus salut Mbak Monic bilang mood swing-nya parah.

    But you’re not alone. Saya juga melalui kehidupan yang tak mudah, juga merasa mood swings sampe sering nangis abis shalat (alhamdulillah setelah itu baik lagi). Dan alhamdulillahnya, menulis di blog membantu saya tetap waras ๐Ÿ˜‚.

    Mbak Monic tangguh. In syaa Allah ke depanยฒnya melangkahnya lebih enteng karena bisa melalui sekian tahun lalu.

    16 tahun itu tak sebentar. Ada ribuan hari dilalui. Bagi saya, tulisan ini layak dibaca. Kalau ndak mau baca karena meremehkan berarti ndak mau belajar. ๐Ÿ˜˜

    *Peluk dari Makassar.

    Balas
    • Makasi banyak Kak Mugniar, aku dibilangnya masih manusiawi, dan tak sampai jadi alienawi… hahaha.
      Ini mungkin jadi tulisanku yang paling jujur (dan paling panjang curcolnya) di blog ini. Sebelum nulis sempat merasa malu setengah mati, tapi anehnya setelah posting di blog malah berasa lega. Lega karena udah bisa menuliskan kisah kami dan berharap juga aku tak jadi layangan dan Pewe tak jadi nahkoda kapal karam. Dan semoga kita terus berada dalam lindunganNya ya, Kak, bahagia, sehat dan berlimpah rezeki.

      Balas
  10. ruarrr biasa.
    beneran untuk nulis seperti ini butuh hati yang ruarrr biasa.
    Wah jadi banyak belajar nih untuk juga bisa kuat berjuang

    Balas
    • Aslinya malu banget pas mulai menuliskannya, Mas. Tapi habis itu ya nulis aja sih karena dari kapan itu baca layangan putus dan nahkoda kapal pecah, ngempet banget. Di sisi lain ya hidup memang kadang tak adil ya rasanya bagi sebagian orang, termasuk bagiku. Anehnya lagi, selesai nulis dan posting, kok hati berasa lega dan pengen cepet-cepet ketemu si dia yang seharian pergi ketemu orang.

      Balas
  11. Aku ngikutin mb Mon di FB, ngikutin PW sakit parah, punya 2 buku mb Mon, kepoin putranya yg ganteng…apalagi yaah… Aduhai…itu analog, makan pisang rameยฒ…wkwkwk…
    Aku sih mendoakan saja supaya kalian langgeng terus. Tapi emang bener siiih…semakin lama semakin lengket, semakin dicariยฒ…Engga keliatan bentar, dipanggil-panggil…Hehe…

    Balas
    • Wah Mbak Hani… kita berteman lama ya udah di FB. Hahaha. Makasi banyak atas doanya ya, Mbak. Semoga kita semua terus sehat, bahagia bersama keluarga dan berlimpah rezeki. Itu komen di kalimat terakhir bener sih. Akhir-akhir ini kalo pisah lama suka kangen. Dulu padahal sering kutinggal-tinggal Pewenya, bahkan pernah 6 bulan di Surabaya dan males balik datangin dia. hahaha

      Balas
  12. Saya ini “alienโ€ yang seharusnya tidak hidup di bumi bersama para manusia. – wah keren sih ini quotesnya mbak mon ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ. Dengan membaca artikel ini banyak pelajaran yang bida dipetik, ah sehat selalu dan terus bersamambak mon dan kak pewe

    Balas
    • aamiin. Sehat selalu juga ya, Kak. sukses untuk kita semua.
      Eh tapi benar, aku kadang masih suka merasa aku ini alien yang kagok kalo ngumpul sama manusia… hahaha

      Balas
  13. Ada beberapa scane yang menurutku sangat membuka otak dan fikiranku mbak ๐Ÿ˜

    Terutama tentang berumah tangga, aku jadi pengen belajar banyak ke mas Pewe tentang bagaimana dia berani mengambil keputusan menikahi mbak Mon ๐Ÿ˜ apalagi dengan kejadian 2012 tadi yg katanya 750 rebu penghasilan dan pas buat sewa rumah. Gimana cara meyakinkan seorang Monica untuk tetap kuat

    Balas
    • Semoga tulisan yang penuh curcol ini bermanfaat ya, Mas. Nah kalau pertanyaan itu, mesti ditanyakan langsung ke Pewe nih. Hahaha. Aku pengen suatu hari dia juga menulis tentang kami. Entah kapan sih itu terwujud, wong kalo diminta cerita aja susahnya minta ampun, apalagi diminta nulis ya. Tapi di grup, dia biasanya yang paling berisik. hahaha

      Balas
  14. Wah sdh 16 tahun ya mbak..duh bacanya sampe ada rasa haru. Semoga goal kalian segera trwujud mbak dan makasih udh sharing ya

    Balas
    • Ya, Mbak. 16 tahun lama ya ternyata, walau kadang aku masih merasa baru kemarin kami bertemu. Padahal ternyata sudah banyak waktu yang kami lalui bersama. Aamiin. Terima kasih atas doanya ya, Kak

      Balas
  15. Di fb ku ada yg posting ga pernah bertengkar sama suaminya. Terus aku yg kayak kaget dan insecure gitu, lha ngaca diri sendiri entah udah berapa puluh kali berantem sama pasangan. Hehe. Ternyata perjuangan Mbak Monic dan Mas Pewe luar biasa ya jatuh bangunnya hiks ga nyangka aku. Semoga selalu bahagia dan lancar rezekinya ya

    Balas
    • Nah itu, aku pun pernah baca hal seperti itu. Mereka sama sekali tak pernah bertengkar dan akunya langsung minder dong, secara aku dan Pewe termasuk sering, dari yang cuma debat sampai yang ribut besar. Tapi ya tak baik juga sih bertengkar sering-sering. Makanya perlahan kami belajar untuk saling meredam juga dan tak jadi pemicu. Aamin, Mbak, terima kasih atas doanya. Semoga Mbak Dian juga ya, selalu sehat, berbahagia bersama keluarga dan berlimpah rezeki.

      Balas
  16. Dewi baca tulisan mbak Monica berasa benar-benar menjawab layangan putus dan nahkoda kapal pecah. MasyaAllah, semoga banyak yang terinspirasi untuk selalu menjadi pasangan yang bisa saling support satu sama lain. Kalian pasangan luar biasa, Dewi kagum๐Ÿ’—

    Balas
    • aamiin. Semoga ya Mbak, tulisan ini bisa jadi penyemangat untuk orang yang mungkin juga mengalami apa yang pernah saya dan Pewe alami. Sehat dan sukses selalu ya untuk Mbak Dewi

      Balas
  17. Aku boleh tanya kak mon, apa yg bisa membuat kak monic yakin untuk lanjut menikah dg mas pewe padahal tidak ada dukungan dari keluarga? Perjalanan dan perjuangan panjang kah atau keputusan yg sudah bulat dalam waktu yg cepat. Setelah berhasil menikah, keluarga besar tetap menerima kak monic dg baikkah?
    Aku pengen tau banget setelah baca ini jadinya kak. Mungkin karena keadaanku sekarang sedang betul2 perlu belajar dari pengalaman kak monic ini. Tapi kalau terlalu pribadi, ga usah dijawab kak hehe..

    Semoga rumah tangga kak monic dan mas pewe selalu dilingkupi kebahagiaan. Aamiin

    Balas
    • Aamiin. Terima kasih atas doanya. Untuk jawaban dari pertanyaannya Kak Josie, aku sedang terpikir untuk menuliskannya saja dalam satu artikel. Tapi mungkin nanti ya, Kak. Sedang mengumpulkan nyali untuk menuliskan hal tersebut. Tapi di saat yang sama, aku rasa siapa tahu hal tersebut bisa jadi pertimbangan juga untuk teman-teman yang mungkin punya case yang sama

      Balas
  18. Aamiin.

    Pasti banyak yang bisa mengambil hikmahnya, Mbak Mon, termasuk saya.

    Sehat dan bahagia selalu, yaa. ๐Ÿ˜

    Balas
    • Rasanya masih terlalu sebentar, Mbak. Sering baca curhat orang lain, nikahnya udah puluhan tahun. Ini 16 tahun masih terasa belum banyak makan asam garam… hahaha. Terima kasih atas doanya ya. Semoga Mbak Armita juga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga.

      Balas
  19. Aku bacanya pelan-pelan sambil meresapi (nyari kambing nggak ada soalnya hahaha garing) setiap kata yanga Mba Monica tulis. Kesannya: warbyasaak! Menikah tanpa restu, beda agama, di luar ekspektasi itu…. beratnya ngalahin koprol sehari semalem. Dan hebatnya mba Monic kuat ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š
    Stay strong, be happy and funky ya kalian berdua…
    It’s an honor to know you both ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

    Balas
  20. Butuh keberanian luar biasa untuk menulis perjalanan hidup ini, tak peduli apa kata orang. Tapi this is great, kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga dari perjalanan hidup seseorang bukan? Keren penyampaiannya santai kek di pantai, mengalir kayak air sungai, hehehe…

    16 tahun pernikahan bukan waktu yang sebentar, dan Mba Monica dan Mas Pewe bisa melaluinya dengan bumbu-bumbu kehidupan di dalamnya. Cuma satu yang bisa saya sampaikan, semoga pernikahannya langgeng sampai kakek nenek dan dikarunai keberkahan serta kebahagian sepanjang masih dikasih kesempatan untuk bernapas….

    Balas
  21. Sangat menginspirasi, menjadikan motivasi untuk terus berjuang dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

    Balas
  22. Mbak aku bacanya sambil tersenyum hihi romantis banget mbak. Semoga langgeng ya mbak. Belajar banyak dari sini. Doakan aku semoga dapat jodoh mbak hihi.

    Balas
  23. Koq pengen komenin komentar Mbak Dian Farida.

    Benerankah ada yang gak pernah bertengkar pasutri? Luar biasa ya.

    Tapi pernah ribut pun bukan aib ya Mbak Mon, asalkan dicari cara untuk kembali jalan bersama. Sering kali masalah mendewasakan kita ketika solusinya ketemu.

    Balas
  24. Mama papaku juga beda agama kak tapi sampai usiaku hampir 27 tahun ini mereka masih sama-sama dan saling toleransi. Jadi berkaca kaca mataku baca kisahnya. PELUK KAKAKNYA :))

    Balas
  25. menginspirasi tulisannya mbak. Mbak Mon, wanita yang tegar dan bijaksana. kalau saya sih Saling menghargai dan saling mendukung dalam sebuah rumah tangga wajib dilaksanakan berdua.

    Balas
  26. Sy juga beda budaya dan kebiasaan dgn suami, kdg ngerasa ga cocok. Jadi berkaca terus dan belajar menerima suami. Bagus tipsnya mbak. Udh 6 thn nikah ngerasa masih terus bljr jadi partner terbaik suami.

    Balas
  27. Memang menjalani pernikahan itu gak mudah, menyatukan dua hati dan dua keluarga yang berbeda pasti ada aja batu karangnya, salut sama mba mon dan mas pewe yang tetap harmonis satu sama lain sampai sekarang, jadi rujukan buat pernikahan saya yang baru seumur jagung ini ๐Ÿ™‚

    Balas
  28. Mba Monic.. melalui artikel ini aku banyak belajar tentang bagaimana kehidupan berpasangan khususnya suami istri, usia pernikahan kami baru 11 tahun dan InshaAllah masih jauh dan panjang untuk bisa bersama-sama.. bagaimanapun juga bahagia bersama pasangan itu harus dan memang harus diciptakan bersama dengan pasangan ya mbak

    Balas
  29. Wah, ternyata perjuangan Mbak Monic dan Mas Pewe sungguh luar biasa. Banyak cerita lika-liku dalam menjalani bahtera rumah tangga. Setiap pasangan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Memang sebaiknya saling melengkapi ya, Mbak

    Balas
  30. Mbaaaa Monic!
    Pelukkkkk..
    Makasih udah menuliskan hal ini.
    terus terang, tadi saya udah ngantuuukkkkkk banget dan nyaris mual dengan panjangnya list BW hahahaha.
    terus nyampe di postingan ini, saya sampai baca 2 kali loh saking pengen menikmatinya.

    Seingat saya, udah pernah baca ini deh, tapi judulnya doang hahahahaha.
    Karena buru-buru BW jadi nggak baca semuanya, dan ternyata ini mah bermanfaat banget.

    Terimakasih sekali lagi Mba, saya masih amat sangat seumur jagung dibanding usia pernikahan Mba Monic dan mas PeWe.
    Tapi serius, kadang saya ingin lariiii sejauh mungkin, bahkan kadang saya berpikir, bagaimana caranya anak-anak saya kembalikan pada yang punya, agar saya bisa dengan mudah menyerah dan pergi.

    Saya rasanya nggak kuat lagi.

    Lalu membaca semua ini, ya ampuuunnn.
    Saya tiba-tiba malu banget.
    Masalah saya tidak ada apa-apanya sebenarnya dibanding masalah orang lain.
    Hanya saja bagaimana cara bertahan dan saling memperbaiki.

    Makasih Mba.
    Semoga Mba Monic dan Mas PeWe selalu langgeng, semangat untuk terus saling.. hingga maut memisahkan nanti, aamiin ๐Ÿ™‚

    Balas
  31. Awalnya aku ga tau kalau kak Monica itu suami kak Pewe lho dan aku pikir belum memiliki anak tapi lambat laun aku tau kalau anak kak Monica sidah remaja hehehe. Semoga langgeng dan bahagia terus ya kak.

    Balas
  32. Salut sama mbak Monica yang bisa menuliskan perjalanan hidup bersama mas pewe. Dari tulisan ini bisa saling berbagi dengan pasangan lain ya mbak termasuk aku. Sebagai pasangan hrus terus belajar ya supaya bisa langgeng terus

    Balas
  33. Saya suka tulisan ini mba, dirimu jujur sekali mengungkapkan perasaan-perasaan yang ada. Memang benar lho, berumah tangga itu memang intinya saling menjaga. Maksudnya ya menjaga kewarasan masing-masing, tak selalu menuntut kalau tak mau dituntut balik dan memahami semua kelemahan pasangan.

    Balas
  34. Dulu awal2 aku kenal Mbak Monic ma Mas PW aku pikir kek manten baru trus blm ada anak, gak taunya anaknya wes joko wkwkwk. Kalian berdua malah gk kayak suami istri, sepintas kek org pacaran yang ribut mulu tapi gak bisa jauh satu dengan yg lain wkwkwk.
    Wuah pasang surut kehidupan selalu ada ya mbak, apalagi banyak perbedaan dan belajar berkompromi serta berkomunikasi utk menyelesaikan semua masalah brsama ๐Ÿ˜€

    Balas
  35. Wow seru banget dan berliku pasti itu Mbak. Sesuatu yang sepertinyabgak mungkin terjadi, jika Tuhan sudah berkenehendak memang pasti terjadi ya

    Balas
  36. Ping-balik: Menjaga Cinta Agar Hubungan dengan Pasangan Tetap Mesra - Catatan Monica Anggen
  37. Ping-balik: Cara Bahagia Ini Bisa Meningkatkan Kualitas Hidup Kamu Loh! - Catatan Monica Anggen
  38. Wah, ternyata perjalanan hidup Kak Mon dan Kak Pewe sangat berwarna dan penuh liku. Salut dengan kisahnya, Kak. Sangat menginspirasi.
    Terima kasih sudah berbagi banyak ilmu tentang blog dan ilmu kehidupan di postingan ini.
    Semoga Kak Mon dan Kak Pewe senantiasa rukun bahagia dan langgeng selalu.

    Balas

Tinggalkan komentar